Tag Pariwisata, Jakarta – Kuliner telah menjadi bagian tidak terpisahkan untuk mengenal budaya dan alam suatu negeri. Semakin banyak destinasi menyadari hal ini dan mengkapitalisasinya sebagai daya tarik kunjungan wisata ke negaranya.
Untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan alam Indonesia melalui sajian kuliner di luar negeri, dibutuhkan pendekatan-pendekatan tertentu dan pengetahuan mengenai kebiasaan makan dan memasak dalam keseharian masyarakat di negara-negara pasar pariwisata Indonesia.
Seperti masyarakat Belanda yang sangat menyukai makanan Indonesia. Menurut mereka memasak seperti resep asli masih terlalu rumit sehingga menggunakan bumbu instan kerap jadi pilihan. Tetapi,mereka tidak menggunakan bumbu instan ketika masak nasi goreng dan mi goreng karena racikan bumbu segarnya cukup mudah dibuat sendiri.
Kebiasaan masyarakat Jerman mirip dengan di Belanda. Mereka tidak suka memasak yang terlalu rumit dan menghabiskan waktu sehingga memilih bumbu jadi dengan pilihan cukup kaya. Tetapi, mereka bersedia belajar meracik bumbu segar dari bahan-bahan asli ketika mengikuti kelas memasak. Pada saat demo masak makanan Indonesia mesti disajikan bahan-bahan asli yang diracik langsung di hadapan pengunjung.
Masyarakat di Perancis tidak dibiasakan mengkonsumsi makanan instan. Mereka memakai rempah-rempah asli yang sudah dikeringkan. Misalnya basilique, herbes de provence, origano dan lain-lain. Para chef di Perancis menggunakan bumbu-bumbu segar, sekarang ini diutamakan dari bahan-bahan organik, untuk memasak makanan tradisional Perancis.
Anita Sorbon, pemilik Restaurant Indonesia di Paris, menyatakan, sejak restoran berdiri tahun 1982 tidak pernah memakai bumbu instan.
“Kami selalu menggunakan bumbu segar dan memakai resep asli Indonesia. Menurut saya, kita harus membela masakan Indonesia dengan bumbu-bumbu segar dari rempah-rempah asli. Karena itulah kekayaan dan trade merk Indonesia,” ujar Anita.
Sedangkan pengalaman Country Manager Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Perancis Eka Moncarre, para chef di Perancis selalu mengajarkan kepada murid-muridnya untuk memasak secara alami dan menghindari penggunaan bahan-bahan artifisial yang mengandung zat-zat kimia. Rempah-rempah segar bisa diolah dalam bentuk bubuk. Rasa dan kandungan bahan asli terjaga meskipun dalam bentuk berbeda. Misalnya pala, bisa dijadikan bubuk pala. Para chef dan ahli kuliner dunia di Perancis akan lebih menghargai upaya-upaya semacam ini.
“Indonesia dikenal sebagai negeri rempah. Maka kita perlihatkan rempah mentahnya kepada mereka. Kemudian kita perkenalkan dengan resep asli masakan Indonesia. Kalau tidak begitu, mereka tidak tertarik. Setelah mereka tahu semua itu, baru diperkenalkan dengan produk-produk buatan Indonesia seperti bumbu jadi,” kata Eka.
Bahan-bahan untuk meracik bumbu segar yang diperlukan dalam membuat makanan Indonesia semakin mudah didapat di toko-toko yang menjual bahan pangan Asia di kota-kota besar di Eropa seperti Amsterdam, Paris, Frankfurt dan lain-lain. Walaupun bahan-bahan tersebut tidak dikirim dari Indonesia.*** (oleh Yun Damayanti)
Leave a Reply