Mencicipi Nikmatnya Soto Achri di Garut

H. Endang generasi ke-2 penerus Warung Soto Achri, di Garut yang meracik sendiri sajian buat pelanggan setiap harinya. (TP/Ek)
Tag Pariwisata, Garut- Soto yang legend di Garut harus dicicipi kalau ke Garut. Namaya Soto Achri. Lokasinya tak jauh dari stasiun Garut persis di dalam pasar Mandala Giri, Garut.
Tempatnya berada di gang sempit seadanya. Kursi yang disediakan juga tidak banyak, sekitar 20 orang saja mampu ditampung untuk makan bareng. Jadi bila ada rombongan  lebih dari itu harus mengantri.
Meski demikian sajian ini paing favorit buat sarapan, kalau beruntung juga bisa ditemui saat makan siang. Biasanya warung ini jam 10  atau jam 11 sudah tutup karena sudah habis.
Warung Soto Achri yang tak pernah sepi. (TP/Ek)
Soto ini boleh direkomendasikan sebab bukan cuma  tamu pendatang yang suka, bagi orang Garut sendiri makanan ini nikmat dan dikenalkan turun temurun.
Seorang pengunjung setia Soto Achri yang tak mau disebut namanya mengungkapkan, bahwa dia sendri mengenal Soto Achri dari orang tuanya.
Wanita paruh baya itu juga sudah mengenalkan kepada anaknya. Bahkan anaknya kadang rindu bila beberapa minggu belum makan soto Achri  lagi.
Harga satu porsi soto Achri Rp 28 ribu saja. Rasanya pas gurihnya paduan rempah, santan dan kaldu daging sapi.  Disajikan dengan perasan jeruk nipis, sambal, dan kacang kedelai goreng. Hmm Mak Nyoss kata orang!!
Soto Achri yang melegenda hanya dijual 6 jam di pasar Mandala Giri, Garut.
Soto Achri yang berdiri sejak tahun 1943, kini dilanjutkan oleh generasi ke duanya H Endang. Menurutnya per hari warung ini menjual 300 porsi dengan  sekitar 25 kg daging sapi dan 15 sampai 20 liter nasi. ” Masa pandemi ini memang agak sepi biasanya 40-50kg sapi habis sehari. Tapi sekarang turun hingga setengahnya, ” kata H Endang.
Rahasia nikmatnya soto ini adalah dagingnya yang merupakan pilihan. Kebanyakan merupakan kepala sapi meski daging bagian lain , kikil dan lidah juga ada. Bumbunya pun sederhana terdiri dari bumbu halus kunyit, lengkuas, jahe, lada,  disisipkan daun salam, serai.
Memasaknya dengan api dari kayu bakar,  sehingga mempengaruhi rasa kuah sotonya. Selain itu proses memasaknya juga disiapkan sehari sebelumnya, jadi bumbu sudah meresap.
Biasanya daging dimasak dengan bumbunya tiga jam, sambil dicek bagian yang sudah empuk dipisahkan. Bila sudah empuk semua dagingnya, keesokan harinya mulai kembali dimasak dan disempurnakan rasanya.
Jam 6 pagi soto siap dijual. Hanya sekitar 6 jam saja biasanya soto habis terjual.
” Saya tetap menggunakan bahan dan cara memasak seperti awal soto ini dijual  77 tahun lalu, sehingga rasa tetap terjaga,” kata H Endang saat peserta Famtrip menyambangi warungnya Kamis (29/10).
Tak heran para tokoh seperti bupati bahkan menteri pun pernah makan disini. Meski tempatnya sederhana tapi justru banyak orang yang tetap setia ke warung ini. Meski cabangnya di tempat yang lebih bagus sudah ada di jalan Cimanuk, Garut, selain 4 cabang di Bandung.***

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*