Menpar Arief Yahya Sampaikan Solusi Tiket Pesawat dan OTA pada Rembuk Nasional ASITA

Halal bi Halal dan Rembuk Nasional yang digelar ASITA mengusung dua masalah penting bagi kebanyakan travel agent, yakni tingginya tiket pesawat dan OTA. (TP/Ist)

Tag Pariwisata, Jakarta- Harga tiket yang naik rata-rata 200% dan upaya menurunkan harga hingga 30% dirasa tak cukup berarti, menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka Halal bi Halal dan rembuk nasional DPP ASITA pada Senin (1/7) di Balairung Soesilo Sudarman Jakarta.

“Kondisi ini memukul pariwisata terutama destinasi yang dijangkau lebih banyak melalui udara. Di wilayah pulau Jawa barang kali penurunanya sekitar 20%, angka itu  lebih kecil karena sebagian besar over land. Data BPS menunjukan penurunan  rata-rata 22% impact dari naiknya harga pesawat.  Sedangkan di daerah lain sekitar 30% terganggu, ” jelas Arief  Yahya.

Masyarakat tidak paham tarif batas atas atau bawah, yang penting harga akhir yang harus dibayar konsumen mahal atau murah.  Pada akhirnya pembeli akan membandingkan mana harga yang paling baik baginya.

“Saya tidak percaya ada pelayanan dengan harga yang baik tanpa kompetisi. Adanya perbedaan satu dengan lainnya demi meraih pasar itu karena ada pesaing, ” katanya.

Atau bila meninjau bussiness airline Arief Yahya kembali berpendapat bahwa di  negara teluk, airfare murah karena bisnis modelnya berbeda. Mereka tidak berdasarkan  IRR ( Internal Rate of Return), berapa pengembalian investasi lewat tiket pesawat,  tapi dari ERR (Economic Rate of Return), dari berapa ekonomi yang tumbuh  dari investasi yang dilakukan. Sehingga airlines seperti Qatar,  Emirates, Etihad menjadi airlines deretan top dunia.

“Disisi lain solusi yang dilakukan Kementerian Perhubungan saat ini memang belum  direspon dengan baik oleh airlines dan hal ini menimbulkan keseimbangan baru bagi masyarakat dan industri.  Sehingga bisa jadi sewa pesawat charter lebih murah dari membeli tiket ke maskapai. Bahkan dibukanya kran ijin airline asing masuk ke Indonesia juga menjadi rencana yang tepat mengatasi solusi tingginya harga tiket pesawat,” jelas Arief Yahya lagi.

Menyinggung hal kompetisi Ketua DPP ASITA Rusmiati pada kesempatan yang sama mengatakan setuju dengan pendapat Menpar Arief Yahya. “Masuknya airlines asing tidak akan masalah buat kami asalkan airlines di dalam negeri sudah siap, ” kata Rusmiati.

Rembuk nasional ini juga dalam rangka memperjuangkan 7000 anggota ASITA di 34 provinsi menghadapi permasalahan yang kerap dihadapi saat ini diantaranya perihal tiket pesawat dan (OTA)  Online Travel Agent.

Untuk menghadapi persaingan digitalisasi harus dilakukan.  Arief Yahya mengemukakan bahwa tak ada cara lain untuk lebih unggul kecuali dengan digitalisasi. Saat ini  search and share 70% dilakukan dengan cara digital. Perusahaan dengan value terbesar juga  merupakan digital company.  Di tourism anggota ASITA dengan bisnis konvensional value nya rata-rata kurang dari  Rp.  1 triliun, sedangkan Traveloka itu Rp.  15 triliun. Digital media juga empat kali efektif dari media konvensional.

” Pariwisata kita tumbuh lebih cepat juga karena go digital, sehingga tidak ada pilihan lain OTA tidak bisa ditolak.Tak ada cara lain kita harus meyakinkan yang belum percaya agar menyikapi hal  ini dengan berkolaborasi atau berkompetisi membuat tandingan yang lebih baik,” katanya.

Sementara itu Rusmiati menyatakan bahwa dari aspek OTA ini masih menjadi tantangan membuat sekitar 30% anggota ASITA go digital. Untuk itu sesuai program  kerja ASITA, pembinaan akan terus dilakukan mengenai digitalisasi terutama dalam mendatangkan inbound tourist.

“Online sistem ASITA Go soft launching target saya sebelum 17 Agustus terealisi, harapannya paket tur yang dijual anggota ASITA bisa dipromosikan di sana. Selain itu ada event ASITA Fair yang rencana berlangsung Oktober mendatang untuk meningkatkan kunjungan wisman, ” pungkas Rusmiati. ***

 

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*